Topik ini menurut saya paling rancu, karena istilah BAKAT sangat disukai masyarakat bukan hanya untuk memuji tapi lebih cenderung untuk menghakimi dan menjatuhkan orang lain:
“ah kamu tidak berbakat!”
Menurut saya tidak fair mengatakan orang lain tidak berbakat padahal orang tersebut belum pernah belajar serius mengenai hal itu.
MENYANYI PERLU BAKAT?
Jawabannya tergantung bagaimana sudut pandang kita tentang bakat.
Perhatikan orang yang sedang mendaftar les piano, apakah perlu berbakat duluan sebelum dia belajar piano?
Kalau anda menjawab iya, saya akan kembali bertanya:
“lalu bagaimana caranya kita tahu jika orang tersebut berbakat padahal dia belum pernah pegang piano?”
Orang yang mengambil les musik (instrumen jenis apapun) biasanya belum pernah belajar alat tersebut sama sekali.
Jadi bagaimana kita tahu orang tersebut berbakat/tidak padahal dia belum pernah belajar?
Instrumen vocal (nyanyi) pun juga sama dengan instrumen lain, bagaimana mungkin kita menghakimi orang lain dengan tidak berbakat padahal dia belum mencoba?
KASTA BERBAKAT
Orang cenderung mengklasifikan musisi dengan kasta berbakat, tapi pernahkah anda bertanya dalam hati:
“bagaimana musisi bisa sepandai itu?”
Adalah sebuah fakta bahwa penyanyi dan musisi hebat dimulai dari usaha, kerja keras dan latihan rutin selama bertahun-tahun.
Anehnya, begitu penyanyi dan musisi yang telah berlatih bertahun-tahun tadi mulai terkenal, kita kemudian meng-kasta-kannya dalam istilah berbakat.